Cari Blog Ini
Mengenai Saya
INFORMASI
Blog ini adalah merupakan hasil kajian teoritis dan kritis dari fakta dan fenomena sosial yeng terjadi di Indonesia dengan menggunakan konsep studi kasus dan kajian pustaka dari sumber-sumber yang kredibel, sehingga keautentikan dalam sistematika penulisan ini bisa dipertanggung jawabkan sebagimana mestinya.
Oleh karena itu, penulis dengan hormat agar tulisan ini dimanfaatkan dengan sebaik mungkin dan jangan salahgunakan.
Semoga tulisan sederhana ini bisa bermanfaat dan menambah hazanah keilmuan kita dalam mengarungi bahtera kehidupan.
Dikuasakan oleh Blogger.
Blog Archive
Popular Posts
-
POTRET PEMIMPIN DI NEGARA DUNIA KETIGA YANG HAUS AKAN KEKUSAAN Indonesia adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam, budaya, Bahasa, d...
-
PERANAN MAHASISWA DALAM PENGIMPLEMENSIAN KONSEP P4GN (PENCEGAHAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA) DI LINGKUNGAN K...
-
SOLUSI DAN METODE ALTERNATIF DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Fenomena Korupsi bukanlah hal yang tabu dan tidak asing lagi di ten...
-
MEMBELA YANG BENAR ATAU YANG BAYAR? Negara Indonesia merupakan negara kesatuan dari berbagai suku bangsa mulai dari sabang sampai merauke...
-
REFLEKSI PERAN AGENT COMMUNITY DEVELOPMENT DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI INDONESIA; SEBUAH TELAAH TEMATIK TERHADAP JURUSAN PENGEMBANGA...
Pengikut
Jumaat, 28 November 2014
MEMBELA YANG BENAR ATAU YANG BAYAR?
Negara Indonesia merupakan negara kesatuan dari berbagai suku
bangsa mulai dari sabang sampai merauke. Undang-undang dasar 1945 merupakan
pijakan dalam mengambil suatu keputusan hukum (konstitusi), Pancasila merupakan
ideologi dan falsafah negara. Namun semua hal tersebut hanya isapan jempol
belaka.
Pemerintah sebagai pelaksana suara-suara tuhan malah mencampakkan
pliar-pilar negara yang seharusnya menjadi pijakan. Hal ini, terbukti ketika
kita melihat para prinsip penegak hukum yang adda di negara kita. Apakah kita ingat kasus Akil Muhtar
“kasus suap PILKDA lebak banten di Mahkamah Agung ” yang seharusnya menjadi
panutan dan malah membuat onar dengan
perilakunya menerima suap untuk melakukan konspirasi memenagkan salah satu
kelmpok tertentu yang seharusnya tidak menempati pucuk malah menempati pucuk
dengan adanya konspirasi antara penegak hukum dan oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Hal ini menjadi cerminan bagi kita bahwa tidak semuanya yang
benar dalam realitas sosial benar ketika
dibawa keranah hukum karena penegak hukumnya bukan membela yang benar
tetapi membela yang bayar.
Sungguh ironis ketika melihat cerminan dari penegak hukum tertinggi
(MA) berperilaku seperti setan-setan hutan
kelaparan. Tapi apalah hendak dikata, kalau kita malakukan suatu pergerakan
perubahan yang lebih baik malah di cap sebagai teroris-teroris pemerintah yang
hanya bisa mengkudeta saja. Sungguh disayangkan lagi memang negara dengan
oknumnya tidak menganut konsep membela yang benar, tapi sekali lagi malah
membela yang bayar.
Ketika menelik pada sebuah Wise Word yang artinya
“katakanlah yang benar walaupun itu pahit” dan kita kolerasikan dengn perilaku penegak
hukum yang semena-mena jauh dari harapan karena para penegak hukum kita hanya
mengedepankan egonya, bukan mementingkan bagaimana nasip negara dan bangsa
kedepannya. Sungguh sangat
disayangkan!!!
Semoga secercah tulisan singkat ini menjadi sebuah refleksi bagi
kita, karena kita merupakan satu-satunya aset yang bisa diharapkan oleh bagsa “Subbbanul
Yaum Rijalil Ghwat” pemuda sekarang adalah harapan bangsa. Maka dari itu,
janganlah kita mengikuti pemimpin-pemimpi kita yang gelap mata karena
warna-warni lembaran rupiah sehingga lupa dengan amanahnya.
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
0 ulasan:
Catat Ulasan
kesopanan lebih tinggi nilainya dari pada kecerdasan